







Diresmikan pada 1875 dan dinamai arsiteknya, Charles Garnier, Palais Garnier adalah permata Paris era Kekaisaran Kedua: separuh teater, separuh monumen — dipersembahkan untuk ritual publik ‘datang‑naik‑berhenti’.
Lapisan marmer dan oniks, kariatid yang bersandar seolah berbisik, lampu gantung menggantung seperti planet di atas tangga.
Kunjungan siang hari berbeda dari malam pertunjukan: arsitektur menjadi tokoh utama — prosesi dari lobi ke foyer, auditorium merah‑emas, dan di atas lampu gantung raksasa terdapat langit‑langit Chagall (1964).
Di bawah panggung, reservoir besar menstabilkan fondasi dan memelihara legenda ‘danau’; di atap, lebah membuat ‘madu opera’.
Datang karena arsitektur, tinggal karena cerita yang terukir pada batu dan emas..
Periksa jadwal harian (berubah karena latihan/acara/musim; auditorium bisa ditutup sementara)
Penutupan sebagian dapat terjadi karena latihan, acara, pemeliharaan atau hari libur — periksa jadwal
Place de l’Opéra, 75009 Paris, France
Di jantung boulevard distrik 9, mudah dicapai dengan metro, RER, bus, sepeda atau berjalan kaki.
Metro 3/7/8 (Opéra), RER A (Auber), RER E (Haussmann–Saint‑Lazare). Dari keluar stasiun, Place de l’Opéra hanya beberapa menit jalan kaki.
Lalu lintas padat dan parkir terbatas. Ada parkir bawah tanah, tetapi transportasi umum atau taksi/VTC biasanya lebih nyaman.
Banyak rute bus melayani area Opéra. Pekerjaan jalan/acara dapat mengubah rute — periksa sebelum berangkat.
Jalan kaki menyenangkan dari Galeries Lafayette/Printemps, Place Vendôme atau Louvre. Sepanjang Avenue de l’Opéra, fasad muncul di sumbu klasik.
Naik Tangga Besar, pandang — bila dibuka — langit‑langit Chagall di auditorium, dan bersantai di Grand Foyer: ‘ruang cermin’ Paris untuk seni ‘terlihat’.

From Napoleon III’s commission to Charles Garnier’s winning design—trace how a bold architectural vision became Paris’s ...
Pelajari Lebih Lanjut →
How the Palais Garnier’s facade and surrounding boulevards stage arrival, align sightlines, and turn the city into a per...
Pelajari Lebih Lanjut →Marmer, cermin, dan lampu gantung mengatur ‘kedatangan’. Landing terbuka seperti ‘loji’ untuk prosesi seremonial.
Merah dan emas memeluk lampu gantung raksasa; di atasnya lingkar warna Chagall (1964). Akses bergantung pada jadwal latihan.
Balasan Paris terhadap ‘Ruang Cermin’ Versailles: pilaster berlapis emas, langit‑langit lukis, jendela tinggi membingkai kota. Salon‑salon turut merayakan matahari, bulan dan ‘seni jeda’.

Salah satu ‘istana’ paling teatrikal di Paris — mahakarya abad ke‑19.
Pilih waktu dan jelajahi foyer, tangga, dan — bila memungkinkan — auditorium dengan ritme sendiri.